Berita

FKM Unair Ajak Remaja Malang Pahami Kesehatan Remaja

FKM Unair Ajak Remaja Malang Pahami Kesehatan Remaja

MALANG, kanalsembilan.net - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR) mengajak para remaja di Malang untuk bersama memahami kesehatan mereka. Acara ini sebagai bagian dari pengmas FKM Unair bekerjasama dengan DPPKB kabupaten Malang yang dikemas dalam webinar Ngobrol Santai bersama tim Peneliti Konco Sregep, Jumat (24/6/2022).

Acara bertajuk penguatan Program peningkatan Kesehatan Remaja melalui aplikasi Konco Sregep di sekolah siaga kependudukan kabupaten Malang ini diikuti oleh lebih daria 200 remaja SMP Malang.

Peneliti dari FKM Unair, Muthmainnah, SKM, M.Kes menjelaskan terkait aplikasi Konco SREGEP sebagai strategi promkes remaja di era digital, menurutnya hingga tahun 2022, sudah ada 9 sekolah siaga kependudukan yang sudah akses aplikasi konco Sregep ini.

Aplikasi ini, lanjut Muthmainnah, bertujuan sebagai strategi Promosi Kesehatan dari, oleh dan untuk remaja, bersifat edutainment meningkatkan status kesehatan remaja dan mencegah remaja berperilaku berisiko.

Aplikasi ini juga bisa menjadi rancangan maupun program dari berbagai stakeholder yang mempunyai sasaran kepada remaja baik karakteristiknya, kebutuhannya dan kapasitas remaja saat ini dan yang akan datang.

Terdapat beberapa fitur dengan pendekatan yang sangat bisa diterima remaja, seperti Sinau yuk, awakmu sehat?, Curcolin aja, Kebutuhan (Konco/keluarga/ wilayah/ sekolah).

img_20220625_122427_compress36

Dr. Lutfi Agus Salim, SKM, M.Si dari FKM Unair mengatakan, remaja sangat berperan dalam upaya pencegahan stunting, Stunting atau biasa dikenal kerdil, merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak memiliki tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usianya. Faktor Penyebabnya diantaranya kondisi sosial ekonomi, gizi ibu pada saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.

Menurut Lutfi, banyak remaja Indonesia yang mengalami masalah kesehatan kurang energi kronis (KEK), penyebabnya diantaranya dipengaruhi alasan ekonomi, kurang asupan zat gizi, terpengaruh alasan psikososial seperti penampilan dan tidak percaya diri terlihat gemuk. Padahal dampak dari KEK ini bisa meningkatkan resiko berbagai penyakit, infeksi dan gangguan hormonal.

Hal ini menurut Lutfi, bisa dicegah dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Lutfi pun mengajak para remaja untuk mengkonsumsi makanan bergizi, juga menjaga sanitasi bersih dan baik. 

Menurut Lutfi, mencegah stunting juga bisa dengan bebas dari anemia, remaja putri yang menderita anemia saat menjadi ibu hamil, beresiko melahirkan berat bayi lahir rendah dan stunting.

Selain itu, Lutfi juga menyoroti masalah rokok di remaja, menurutnya Remaja harus berani untuk tidak malu mengatakan saya bukan perokok. Tidak perlu takut diejek teman temannya yang perokok. Hindari berkumpul dengan perokok atau hal hal berkaitan dengan rokok, dan lebih melakukan hal hal positif seperti olahraga, aktifitas fisik lainnya, membaca dan yang lainnya.

Lutfi juga menyoroti masalah pacaran di remaja, para remaja harus hati-hati dan menghindari dari pacaran yang tidak sehat. Pacaran tidak sehat itu ditandai dengan adanya intimidasi, berusaha mengontrol kehidupan pasangannya. Adanya kekerasan, memaksa pasangan untuk menuruti keinginan lawan pasangan baik seksual atau bukan. Adanya ketergantungan seperti merasa tidak bisa hidup tanpa pasangan. Adanya manipulatif, perilaku mempengaruhi pasangan untuk kepentingan pribadinya dan cenderung Merugikan pasangan tersebut. Adanya sifat tidak jujur, membohongi dan menyembunyikan beberapa informasi dari pasangan.

Hasil survei prilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia menunjukkan bahwa remaja mulai berhubungan seksual pertama kali pada usia 15-19 tahun. Prosentasi paling tinggi terjadi di usia 17 tahun sebanyak 19% baik laki maupun perempuan. Seks aktif pra nikah ini beresiko pada kehamilan yang tidak direncanakan juga dampak buruk pada kesehatan.

img_20220625_131211_compress51

Ira Nurmala SKM, M.PH, Ph.D mengatakan, remaja juga perlu memahami komunikasi efektif, komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai kesepahaman antara pengirim dan penerima pesan.

Keterampilan yang dibutuhkan dalam komunikasi efektif itu seperti komunikasi nonverbal, mendengarkan dengan penuh perhatian, kemampuan untuk mengelola stres pada saat komunikasi berlangsung, kapasitas untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri maupun orang yang kita ajak berkomunikasi.

Komunikasi efektif membutuhkan seorang komunikator yang mampu menyampaikan informasi secara natural dan komunikan yang menerima informasi secara aktif.

"Kedua hal tersebut terkesan dilakukan secara spontan tapi sesungguhnya didasari dengan metode komunikasi yang efektif," ujar Ira Nurmala. Jib

https://kanalsembilan.net/detailpost/fkm-unair-ajak-remaja-malang-pahami-kesehatan-remaja