Berita

Konco SREGEP sebagai salah satu upaya untuk mencegah stunting sejak remaja

Senin, 25 Januari 2021 Bapak Presiden Jokowi menunjukk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pemimpin dalam pelaksanaan program percepatan penurunan stunting. Harapannya angka stunting akan menurun dari 27 persen menjadi 14 persen pada tahun 2024. Sinergisitas atau biasa disebut konvergensi berbagai stakeholder menjadi salah satu strategi dalam keberhasilan berbagai program kesehatan. Banyak program yang telah dikembangkan BKKBN, mulai dari Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), program yang ditujukan pada remaja seperti Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), GenRe (Generasi beRencana), Bina Keluarga Remaja (BKR), program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), Bina Keluarga Balita (BKB) yang lebih fokus terhadap sosialisasi dan edukasi 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Dimana pengatahuan tentang pengasuhan sejak dalam kandungan hingga usia 730 hari kehidupan pertama bayi lahir, pengetahuan risiko 4 Terlalu bagi pasangan usia subur bahkan yang lebih bombastis lagi adanya Kampung KB yang sudah dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi sejak tahun 2016. Banyak program pemberdayaan masyarakat yang sudah dilakukan oleh BKKBN mulai dari tingkat keluarga, RT, RW, Kelurahan, Kecamatan sampai pada level Kabupaten/ Kota menjadi strategi BKKBN dalam melakukan amanah Presiden sebagai motor percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Kinerja BKKBN sudah tidak diragukan lagi, buktinya BKKBN dapat menekan laju pertumbuhan penduduk dari 2,31 persen selama periode 1971-1980, menjadi 1,49 persen periode 2000-2010 dan 1,36 persen selama periode 2010-2016. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini, konsisten dengan penurunan angka kelahiran total (atau TFR) dari 5,61 anak per wanita usia subur pada tahun 1971 menjadi 2,38 pada tahun 2018. Keberhasilan ini menjadi indikator juga bahwa BKKBN telah mampu melakukan upaya sinergisitas dari berbagai stakeholder. Komitmen BKKBN telah berhasil melibatkan dan mengoptimalkan peran serta para Stakeholder dan Mitra Kerja dalam pelaksanaan Program Penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk. Advokasi, koordinasi, kolaborasi hingga munculnya sinergisitas telah diimplementasikan oleh BKKBN sejak adanya Keppres No. 8 Tahun 1970.

Banyak program dari oleh untuk masyarakat yang sudah difasilitasi oleh BKKBN. Misalnya program PIK-KRR. Program ini merupakan program pemberdayaan dari oleh untuk remaja. Remaja adalah calon ibu yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pencegahan stunting. Peningkatan pengetahuan remaja tentang pencegahan masalah gizi dan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu tujaun program ini. Program ini juga memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga. Program ini juga meningkatkan skill remaja menjadi peer counselor melalui Duta GenRe. Bina Keluarga Remaja (BKR) juga telah dilaksanakan BKKBN, program ini berkaitan dengan bidang kehidupan menyiapkan remaja dalam mempraktekkan hidup secara sehat (practice healthy life). Ini menjadi modal remaja dalam mewujudkan remaja sehat dan berkualitas terutama dalam upaya pencegahan stunting. Capaian program BKKBN juga sudah melebihi target menurut data SDKI dan SKAP. Komitmen BKKBN dalam melakukan sinergisitas lintas sektor perlu dijaga konsistensinya mulai dari integrase kebijakan, peran hingga sumber daya (termasuk anggaran). Konsistensi kinerja sinergisitas BKKBN sejak 1970 ini akan menjadikan BKKBN lebih mudah dalam mengemban amanah sebagai pemimpin dalam akselerasi penurunan angka stunting di Indonesia.

Pengabdian Masyarakat (Pengmas)  FKM Unair 2021 menggandeng DP2KB (Dinas Pengendalian Penduduk)  Kabupaten Malang  menggelar  zoom meeting dengan mengusung tema : 'Penguatan Program GenRe  Era Pandemi Covid-19 dalam Upaya  Pencegahan Kehamilan Remaja Kehamilan Remaja di  Kabupaten Malang.

Kegiatan ini dapat menjadi salah satu  strategi pencapaian tujuan SDGs No 3, yaitu Good Health dan Well being  di kelompok usia remaja.

Muthmainnah  S.KM, M.Kes dari FKM Unair menyatakan,  FKM Unair berkolaborasi dengan BKKBN dan Dinas Pengendalian Penduduk Kabupaten Malang  mengenalkan game berbasis android  untuk penguatan Program GenRe  Era Pandemi Covid-19 dalam Upaya  Pencegahan Kehamilan Remaja di  Kabupaten Malang.

"Kami mengenalkan aplikasi Konco Sregep  (Sukses, Responsif, Giat Belajar, Empati dan Produktif) yang bisa didownload di play store. Aplikasi ini bertujuan sebagai  strategi promosi kesehatan remaja (dari oleh untuk remaja) yang edutainment untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan mencegah remaja Kabupaten Malang berperilaku beresiko," ujarnya.

Menurut Muthmainnah S.KM, M.Kes ,  dalam aplikasi Konco Sregep itu ada menu utama mengenai sinau  yuk, Awakmu Sehat, Curcolin Aja, dan Kebutuhan (kamu, keluarga , wilayah dan Sekolah).

"Jika ada teman teman remaja yang ingin konseling bisa dilayani dengan baik nantinya. Sebab, ada aplikaso konselingnya ," ucapnya.

Ini mengingat, remaja saat ini tidak bisa diberitahu secara frontal, tidak bisa dikasih tahu, tidak boleh ini dan itu. Apalagi, remaja memiliki rasa pingin tahu yang sangat tinggi.

Dijelaskan Muthmainnah, bahwa aplikasi Konco Sregep ini punya kompetitor, yakni game-game online. Oleh karena itu, tidak boleh kalah dengan iklan rokok, yang tidak pernah menunjukkan puntung rokok. Tetapi, bisa menggerakkan remaja untuk merokok.

"Kami ingin para remaja menjadi kebanggan dan bermanfaat bagi bangsa, keluarga dan teman-temannya. Stop bermain game yang tidak bermanfaat dan hanya bermain game yang bermanfaat saja.  Gunakan waktu sebaik baiknya di masa pandemi ini," tuturnya.

Sementara itu, Dr Lutfi Agus Salim S.KM, M.Si mengatakan, pada usia remaja harus disehatkan dan disejahterakan. Ini mengingat, jumlah remaja mencapai 30 persen dari total penduduk Indonesia.  Remaja harus  dijadikan generasi unggul, sehat dan cerdas.

Sedangkan struktur umur penduduk provinsi Jawa -Timur sekitar 40, 41 juta jiwa,  didominasi oleh milenial dan genersi Z.

Rinciannya untuk pre-boomer 2,75 %  usia sekarang 75 tahun + , (1,11 juta jiwa), post Gen Z 9,37 %,  usia sekarang s/d 7 tahun   (3,78 juta jiwa),  Baby Boomer 14,81  %,  usia sekarang 56 s/d 74 tahun (5,98 juta jiwa), Generasi X 23,96 % , usia sekarang 40- 55 tahun (9,68 juta jiwa), Milenial 24, 2 %, usia 24 - 39 tahun (9,83 juta jiwa) dan Generasi Z 24,80 %,  usia sekarang 8-23 tahun (10,02 juta jiwa).

Untuk remaja (Generasi Millenial dan Z), yang merupakan  peralihan dari masa kanak kanak  ke masa dewasa. Batasan usia WHO adalah 12  ke atas.  Mereka ini harus memperhatikan kesehatan reproduksi,  yakni keadaan sejahtera fisik. mental dan sosial yang utuh dalam segala hal.

Masalah remaja menyangkut penyakit menular seksual, seks bebas, aborsi,  kehamilan yang tidak diinginkan dan pernikahan dini.

Ditambahkan Muthmainnah S.KM, M.Kes , selama pandemi Covid dan KKR menyebabkan terjadinya penurunan akses terhadap layanan fasilitas kesehatan,  terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan , 47 juta perempuan diperkirakna tidak bisa mengakses metode kontrasepsi dan 7 juta (KTD) di negara negara berkembang selama  6 bulan lockdown.

Juga terjaidnya 31 juta kasus kekerasan berbasis gender, 2 juta kasus pemotongan kelamin perempuan, dan 13 juta perkawinan usia anak.

Dampak pandemi Covid-19 pada kesehatan reproduksi remaja adalah penurunan substansial dalam aktivitas  fisik remaja dan peningkatan waktu screen time selama pandemo Covid-19, yang  mungkin secara negatif mempengaruhi kesehatan fisik dan mental remaja.

Selain itu, berkuragnya aktivitas seksual dan kepuasan seksual pria dan wanita muda, pengurangn cepat dalam perilaku seksual beresiko bagi individu resiko tinggi. Karantina menyebabkan efek  psikologis negatif, termasuk gejala stres traumatis, kebingungan dan kemarahan.

Dan karantina dapat meningkatkan resiko kekerasan berbasis gender dan kekerasan dalam rumah tangga, yang telah diamati dalam wabah penyakit besar lainnya.

Kesiapan dan tanggapan  penyakit Corona virus (Covid-19) meyebabkan pendidikan formal bagi kaum muda sangat terpengaruh, penutupan pendidikan non formal,  yang menghalangi mereka dari keterlibatan sosial dengan teman sebaya dan pendidikan mereka.

Juga terbatasnya layanan dan informasi kesehatan  seksual dan reproduksi, beberapa gadis remaja dan wanita muda mungkin mengalami tingkat kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan pasangan yang lebih tinggi yang didorong oleh karantina dan isolasi.

Selain itu,  masalah perlindungan dan psikososial dari mereka yang pengasuhnya terinfeksi, dikarantina atau meninggal dunia.

Adapun tips  mewujudkan impian adalah visualisasikan, percaya diri, evaluasi, fokus, lakukan yang Tuhan suka, banyakin doa dan kerja keras. Ayo Rencanakan Masa depanmu untuk meraih sukses